PERHITUNGAN
PENDAPATAN NASIONAL
Besar output nasional dapat menunjukkan
beberapa hal penting yaitu :
1.
Seberapa efisien sumber daya yang ada
dalam perekonomian, yang digunakan untuk memproduksi barang dan jasa. Makin
besar pendapatan nasional suatu negara semakin baik efisiensi alokasi sumber
daya ekonominya.
2.
Tingkat produktivitas dan tingkat
kemakmuran suatu negara. Alat ukur tingkat kemakmuran adalah output nasional
perkapita. Nilai output per kapita diperoleh dengan cara membagi besarnya
output nasional dengan jumlah penduduk pada tahun yang bersangkutan. Jika angka
output perkapita makin besar maka tingkat kemakmuran semakin tinggi. Alat ukur
tingkat produktivitas rata- rata adalah output per tenaga kerja. Semakin besar
angkanya semakin tinggi produktivitas tenaga kerja.
3.
Masalah struktural yang dihadapi suatu
perekonomian. Masalah yang dimaksud adalah masalah yang berhubungan dengan
distribusi pendapatan nasional.
Istilah
yang sering dipakai dalam pendapatan nasional adalah Produk Domestik Bruto PDB
atau Gross Domestic Product (GDP). Ada
dua langkah yang harus dilakukan sebelum menghitung PDB adalah memahami siklus
aliran pendapatan serta pengeluaran dalam konteks makro dan bagaimana para
pelaku ekonomi berinteraksi.
1. \Siklus aliran Pendapatan ( Circular Flow)
Siklus
aliran Pendapatan ( Circular Flow)
adalah sebuah model yang menggambarkan bagaimana interaksi antar para pelaku
ekonomi menghasilkan pendapatan yang digunakan sebagai pengeluaran dalam upaya
memaksimalkan nilai kegunaan masing-masing pelaku. Model Circular Flow membagi perekonomian menjadi 4 sektor yaitu sektor
rumah tangga, sektor perusahaan, sektor pemerintahan dan sektor luar negeri.
2. Tiga Pasar Utama (Three Basic
Market)
a. Pasar
Barang dan Jasa
Adalah pertemuan antara permintaan dan
penawaran barang dan jasa. Dalam perekonomian tertutup, permintaan berasal dari
sektor rumah tangga dan pemerintahan. Sedangkan penawaran berasal dari sektor
perusahaan.
b. Pasar
Tenaga Kerja
Adalah interaksi antara permintaan dan
penawaran tenaga kerja. Dalam perekonomian tertutup, permintaan berasal dari
sektor perusahaan dan pemerintahan. Sedangkan penawaran berasal dari sektor rumah
tangga. Dalam perekonomian terbuka, penawaran berasal dari sektor luar negeri.
c. Pasar
Uang dan Modal
.Dalam pasar uang dan modal, yang dijualperbelikan
adalah hak penggunaan uang. Seorang individu bersedia memberikan hak penggunaan
uangnya kepada pihak lain selama 3 bulan, ia dapat menaruh uangnya dalam bentuk
deposito berjangka 3 bulanan. Sebagai balas jasa berupa pendapatan bunga.
Permintaan akan uang berasal dari orang yang membuthkan uang dan untuk
mendapatkannya ia harus membayar bunga. Jika hak penggunaan uang yang dijualerbelikan
adalah setahun atau kurang, maka dikategorikn pasar uang (money market). Jika hak penggunaan uang yang dijualperbelikan lebih
dari setahun dikategorikan pasar modal (capital
market). Lembaga perantara adalah
lembaga perbankan/bank (banking) mapun
lembaga non perbankan/bank (non-banking
institution)
2.
Metode-metode Penghitungan Pendapatan Nasional
a.
Metode Output (Output Approach)
atau Metode Produksi
PDB (Pendapatan Domestik Bruto) adalah
total produksi/output yang dihasilkan
oleh
suatu perekonomian. Perekonomian
tersebut dibagi menjadi beberapa sektor produksi.
Jumlah output masing-masing sektor
adalah jumlah output seluruh perekonomian, dimana
ada kemungkinan bahwa output yang
dihasilkan suatu sektor perekonomian berasal dari
output/input sektor lain. Angka PDB
dapat menggelembung beberapa kali lipat karena terjadi
perhitungan ganda atau bahkan multiple
counting. Untuk menghindari hal tersebut, dalam
perhitungan PDB digunakan metode
produksi yang menjumlahkan nilai tambah masing-
masing sektor.
NT = NO – NI
Keterangan:
NT =
Nilai tambah
NO =
Nilai output
NI =
Nilai input
Dari
persamaan tersebut dapat dikatakan bahwa proses produksi merupakan proses
meningkatkan nilai tambah. Aktivitas
produksi yang baik adalah aktvitas yang menghasilkan
NT > 0.
Maka, besar PDB =
, dimana i = sektor produksi ke-1, 2,
3,....,n
Contoh: Output Sektoral Negara
Astina tahun 2007
Sektor produksi
|
Nilai output
|
Nilai input
|
Nilai tambah
|
Pertanian (kapas)
|
300
|
0
|
300
|
Pabrik benang
|
400
|
300
|
100
|
Pabrik tekstil
|
600
|
400
|
200
|
Industri garmen
|
800
|
600
|
200
|
Perdagangan (pakaian)
|
1000
|
800
|
200
|
Tabel
di atas menunjukkan perekonomian Astina yang terdiri dari 5 sektor produksi.
Hasil produksi perekonomian tersebut sebenarnya merupakan proses lebih lanjut
dari kapas yang dihasilkan sektor pertanian. Kapas dibeli oleh pabrik benang
untuk diolah kemudian dijual ke pabrik tekstil yang selanjutnya dijual lagi ke
industri garmen dan dijual lagi ke sektor perdagangan pakaian hingga akhirnya
sampai ke masyarakat.
Perhitungan
ganda dapat terjadi jika kita menganggap bahwa nilai produksi total
perekonomian Astina adalah sama dengan nilai output total masing-masing sektor, yaitu 3100. Padahal nilai
outputnya adalah 1000 yang diambil dari penjumlahan nilai tambah masing-masing
sektor produksi. Misalnya, nilai output pabrik benang yang besarnya 400,
sebesar 300 adalah hasil sektor pertanian kapas. Begitu juga hasil produksi
sektor pabrik tekstil yang sebesar 600, menggunakan input yang merupakan output
pabrik benang senilai 400, dan seterusnya.
b. Metode Pendapatan (Income Approach)
Dalam
metode ini, nilai output perekonomian sebagai nilai total balas jasa atas faktor
produksi yang digunakan dalam proses produksi.
Q = f(L,K,U,E)
Keterangan : Q = output
L
= tenaga kerja
K
= barang modal
U
= uang/finansial
E = kemampuan
entrepreneur/kewirausahaan
Persamaan
diatas menunjukkan bahwa untuk memproduksi output dibutuhkan input berupa
tenaga kerja, barang modal, dan uang yang didukung dengan kemampuan
kewirausahaan, yaitu kemampuan mengombinasikan segala faktor di atas untuk
menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat.
Pendapatan
nasional adalah total balas jasa atas seluruh faktor produksi. Balas jasa untuk
tenaga kerja adalah upah atau gaji, untuk barang modal adalah pendapatan sewa,
dan untuk pemilik uang/aset finansial adalah keuntungan.
PN = w+i+r+Ï€
Keteragan : w = upah/gaji
I =
pendapatan bunga
r = pendapatan sewa
Ï€
= keuntungan
Contoh : Pendapatan
Nasional AS Tahun 1994 Berdasarkan Pendekatan Pendapatan (dalam US$ Milliar)
Pendapatan
upah/gaji
|
4004,6
|
Pendapatan
non gaji
|
473,7
|
Keutungan
perusahaan
|
542,7
|
Pendapatan
bunga netto
|
409,7
|
Pendapatan
sewa
|
27,7
|
Pendapatan
nasional
|
5458,4
|
c.
Metode Pengeluaran
Menurut
metode pengeluaran, nilai PDB merupakan nilai total pengeluaran dalam
perekonomian selama periode tertentu. Menurut metode ini ada beberapa jenis
pengeluaran dalam suatu perekenomian:
- Konsumsi
Rumah Tangga
Konsumsi
Rumah Tangga adalah pengeluaran pada rumah tangga dipakai untuk konsumsi akhir
baik barang dan jasa yang habis dalam tempo setahun kurang maupun setahun
lebih.
- Konsumsi
Pemerintah
pengeluaran –
pengeluaran pemerintah yang digunakan untuk pembayaran balas jasa
pegawai (belanja pegawai), dan penyusutan barang modal, dikurangi
dengan hasil penjualan barang dan jasa (output pasar) pemerintah yang tidak
dapat dipisahkan dari kegiatan pemerintah (yang bukan dikonsumsi oleh
pemerintah). Konsumsi pemerintah disebut juga dengan output non- pasar
pemerintah.
- Pengeluaran
Investasi
merupakan
pengeluaran sektor dunia usaha. Pengeluaran ini dilakukan untuk memelihara dan
memperbaiki kemampuan menciptakan / meningkatkan barang. Untuk mengetahui
berapa potensi produksi dihitung investasi netonya, yaitu investasi buto
dikurangi penyusutan
- Ekspor
Neto
adalah
selisih antara nilai ekspor dengan impor. Ekspor neto positif bila ekspor lebih
besar daripada impor. Begitu juga sebaliknya.
Nilai
PDB berdasarkan metode pengeluaran adalah nilai total lima jenis pengeluaran
tersebut:
PDB
= C + G + I + ( X – M )
dimana: C = konsumsi rumah tangga
G = Komsumsi pemerintahan
I = PMTDB
X = ekspor
M = impor
3.
Pengertian
Dasar Tentang Perhitungan Agrerat
Tujuan Perhitungan
output maupun pengeluaran dan ukuran agreratnya lainnya adalah untuk
menganalisis dan menentukan kebijakan ekonomi guna memperbaiki/ meningkatkan
kemakmuran/ kesejahteraan rakyat. Ada beberapa pengertian yang berkaitan dengan
hal tersebut yaitu:
- Produk
Domestik Bruto
- Produk
Nasinal Bruto
- Produk
Nasional Neto
- Pendapatan
Nasional
- Pendapatan
Personal
- Pendapatan
Personal Disposabel
a.
Produk
Domestik Bruto (PDB)
Produk Domestik Bruto
(PDB) menghitung hasil produksi suatu perekonomian tanpa memperhatikan siapa
pemilik faktor produksi tersebut. Semua faktor produksi yang berlokasi dalam
perekonomian tersebut outputnya diperhitungkan dalam PDB.
b.
Produk
Nasional Bruto (PNB)
Nilai produksi yang
dihasilkan oleh faktor – faktor produksi milik perekonomian disebut sebagai
Poduk Nasional Bruto. Kelemahan pada PDB dapat di koreksi dengan mengurangi
nilai produksi yang dihasilkan faktor produksi yang bersal dari luar
perekonomian (berada di luar negeri). Nilai produksi yang dihasilkan oleh
faktor produksi di luar negeri juga ditambahkan. Angka yang dihasilkan dari
penjumlahan dan pengurangan terhadap PDB merupakan produk nasional bruto (PNB)
atau Gross National Product.
Jika pendapatan luar
negeri yang dalam perekonomian dinotasikan PFLN dan Pendapatan faktor – faktor
produksi dalam negeri dinotasikan PFDN maka selisih PFLN dengan PFDN adalah
pendapatan faktor produksi neto (PFPN) maka dikatakan:
PNB = PDB + PFPN
c. Produk Nasional Neto ( Net National Product )
Produk Nasional Neto
(PNN ) adalah jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat dalam
periode tertentu setelah dikurangi oleh penyusutan dan pengganti barang modal.
Penyusutan bagi peralaan produksi umumnya bersifat taksiran sehingga mungkin
saja kurang tepat atau menimbulkan kesalahan yang relatif kecil.
PNN = PNB – Depresiasi
d. Pendapatan Nasional ( National Income )
Pendapatan Nasional (PN) merupakan jumlah pendapatan yang
diterima oleh seluruh rumah tangga keluarga di suatu negara, dari penyerahan
fator - faktor produksi yang digunakan dalam satu periode. Angka PN dapat
diturunkan dari angka PNN. Untuk mendapatkan angka PN dari PNN, kita harus
mengurangi angka PNN dengan angka (PTL) dan menambakan dengan (S).
PN = PNN – PTL + S
e. Pendapatan Personal (Personal Income)
Pendapatan Nasional (PP) adalah bagian pendapatan
nasional yang merupakan hak individu-individu dalam perekonomian, sebagai balas
jasa keikutsertaan mereka dalam proses produksi termasuk pendapatan yang
diperoleh tanpa melakukan kegiatan apapun.PP
juga menghitung pembayaran transfer payment (dana pensiun,tunjangan
sosial).
PP = PN – LTB –
PAS – PIGK – PNJB
Keterangan
: PP = Pendapatan Nasional
PN = Pendapatan Nasional
LTB = Laba Tidak Dibagikan
PAS = Pembayaran – Pembayaran Asuransi
Sosial
PIGK = Pendapatan Bunga yang Diterima dari Pemerintah dan
Konsumen
PNJB = Pendapatan Non Balas Jasa
f. Pendapatan Nasional Disposable ( Disposable Personal Income )
Pendapan nasional disposabel (PPD) adalah pendapatan yang
siap untuk dimanfaatkan guna membeli barang dan jasa konsumsi dan selebihnya
menjadi tabungan yang disalurkan menjadi investasi. Pendapatan Nasional
Disposable diperoleh dari PP dikurangi dengan Pajak Atas Pendapatan Nasional.
PPD = PP – PAP
Dari Produk Domestik Bruto
sampai ke Pendapatan Personal Disposabel dapat diringkas sebagai berikut :
C + G + I + (X – M)
|
Produk Domestik Bruto ( PDB)
|
|
Ditambah
|
:
|
Pendapatan Faktor Produksi Domestik Yang
Ada di Luar Negeri
|
Dikurang
|
:
|
Pendapatan Faktor Produksi Luar
Negeri Yang Ada di Luar Negeri
|
Produk Nasional Bruto (PNB)
|
||
Dikurang
|
:
|
Penyusutan
|
Produk Nasional Neto (PNN)
|
||
Dikurang
|
:
|
Pajak Tidak Langsung
|
Ditambah
|
:
|
Subsidi
|
Pendapatan Nasional (PN)
|
||
Dikurang
|
:
|
Laba Ditahan
|
Dikurang
|
:
|
Pembayaran Asuransi Sosial
|
Ditambah
|
:
|
Pendapatan Bunga Personal Dari
Pemerintah dan Konsumen
|
Ditambah
|
:
|
Penerimaan Bukan Barang Jasa
|
Pendapatan Personal
|
||
Dikurang
|
:
|
Pajak Pendapatan Personal
|
Pendapatan Personal Disposabel
|
Tabel PDB, PNB, Pendapatan
Nasional, Pendapatan Personal dan Pendapatan Personal Disposabel Amerika
Serikat, 1974 (Dalam US$ Miliar)
Ditambah
|
Pendapatan Faktor Produksi Domestik Yang Ada di Luar
Negeri
|
167,1
|
Dikurang
|
Pembayaran atas Faktor Produksi Luar Negeri
|
(178,6)
|
Sama dengan
|
Produk Nasional Bruto (PNB)
|
6.726,90
|
Dikurang
|
Depresiasi (Penyusutan)
|
(715,3)
|
Sama dengan
|
Produk Nasional Neto (PNN)
|
6.011,50
|
Dikurang
|
(Pajak Langsung - Subsidi)
|
(533,1)
|
Sama dengan
|
Pendapatan Nasional (PN)
|
5.458
|
Dikurang
|
Laba Ditahan
|
(384,4)
|
Dikurang
|
Pembayaran Asuransi Sosial
|
(626)
|
Ditambah
|
Pendapatan Bunga Personal Dari
Pemerintah dan Konsumen
|
254,3
|
Ditambah
|
Penerimaan Bukan Barang Jasa
|
963,4
|
Sama dengan
|
Pendapatan Personal
|
5.701,70
|
Dikurang
|
Pajak Pendapatan Personal
|
(742,1)
|
Sama dengan
|
Pendapatan Personal Disposabel
|
4.959,60
|
4.
PDB
Harga Berlaku dan Harga Konstan
Salah
satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara dalam
suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Bruto (PDB), baik atas dasar
harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDB pada dasarnya merupakan
jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara
tertentu.
Nilai
PDB suatu periode tertentu merupakan hasil perkalian antara harga barang yang
diproduksi dengan jumlah barang yang dihasilkan.
1. Harga Berlaku
PDB
atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yg dihitung
menggunakan harga yg berlaku pada setiap tahun. Perhitungan PDB dengan
menggunakan harga berlaku dapat memberikan hasil yang menyesatkan, karena
pengaruh inflasi.
PDB
harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi.
Ketika nilai PDB meningkat, output yang dihasilkan menurun, disebabkan oleh
kenaikan harga.
2.
Harga
Konstan
Harga
Konstan maksudnya harga yang dianggap tidak berubah. PDB atas dasar harga
konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung
menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar.
PDB
harga konstan dapat digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun
ke tahun. Perhitungan dengan menggunakan harga konstan akan lebih akurat,
karena harga yang dibandingkan sama. Untuk menentukan harga dasar ketika
perekonomian berada dalam kondisi baik/stabil.
3. Hubungan Harga Berlaku dengan Harga
Konstan
Nilai
PDB saat harga berlaku disebut PDB riil, sedangkan nilai PDB saat harga konstan disebut PDB nominal.
Rumus
hubungan antara harga berlaku dengan harga konstan, yaitu:
Untuk
mengetahui tingkat perekonomian suatu negara, apakah mengalami pertumbuhan atau
tidak, dapat dihitung perubahan harga inflasi, yaitu:
5.
Manfaat
Dan Keterbatasan Perhitungan PDB
a. Perhitungan
PDB dan Analisis Kemakmuran
Perhitungan
PDB (Pendapatan Domestik Bruto) menggambaran ringkas tentang tingkat kemakmuran
suatu negara, dengan cara membaginya dengan jumlah penduduk (disebut PDB per
kapita). Semakin tinggi angka PDB per kpita, kemakmuran rakyat dianggap semakin
tinggi pula. PBB menggunakan angka PDB per kapita untuk menyusun kategori
tingkat kemakmuran suatu negara. Dimana sebuah negara dikatakan miskin bila PDB
per kapitanya lebih kecil daripada US$ 450,00. Sedangkan negara dapat dikatakan
makmur bila PDB perkapita lebih besar daripada US$ 800. Kelemahan dari
pendekatan ini adalah tidak terlalu memperhatikan aspek distribusi pendapatan,
sehingga angka PDB per kapita kurang memberikan gambaran yang rinci tentang
kondisi kemakmuran suatu negara.
b. Perhitungan
PDB dan Masalah Kesejahteraan Sosial
Perhitungan
PDB atau PDB per kapita juga dapat digunakan untuk menganalisis tingkat
kesejahteraan suatu masyarakat yang meliputi tingkat pendidikan, kesehatan dan
gizi, juga jaminan masa depan yang lebih baik. Hubungan PDB dengan tingkat
kesejahteraan yakni jika PDB per kapita makin tinggi, maka daya beli
masyarakat, kesempatan kerja, serta masa depan perekonomian makin membaik
sehingga kesejahteraan akan semakin meningkat pula. Namun hubungan ini dapat
berjalan bila openingkatan PDB per kapita disertai perbaikan distribusi
pendapatan. Masalah mendasar dalam perhitungan PDB adalah tidak diperhatikannya
dimensi nonmaterial. Sebab PDB tidak menghitung output yang tidak terukur oleh
uang seperti ketenangan batin. Dalam kenyataan tingkat kemakmuran tidak hanya ditentukan
oleh kebahagiaan saja namun juga ketenangan batin, jadi meskipun negara seperti
Amerika negara kaya dan Nepal negara miskin belum tentu negara Amerika lebih
makmur daripada Nepal karena tingkat kejahatan di negara Amerika jauh lebih
banyak dibandingkan di negara Nepal.
Pada batas-batas
tertentu, angka PDB per kapita dapat mencerminkan tingkat produktivitas suatu
negara. Tingkat produktivitas suatu negara juga dapat di ukur dengan tingkat
pendidikan maupun penguasaan teknologi. Untuk memperoleh perbandingan
produktivitas antar negara, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan:
1.
jumlah
dan komposisi: bila jumlah penduduk semakin besar,
sedangkan komposisinya sebagian besar adalah penduduk usia kerja (15-64 tahun)
dan berpendidikan tinggi, maka tingkat output
dan produktivitasnya dapat makin baik.
2.
jumlah
dan struktur kesempatan kerja: jumlah kesempatan kerja
yg semakin besar memperbanyak penduduk usia kerja yg dapt terlibat dalam proses
produksi. Tetapi komposisi kerja pun memengaruhi tingkat produktivitas.
Sekalipun kesempatan kerja sangat besar tetapi semuanya adalah kesempatan kerja
sektor pertanian, produktivitas pekerja juga tidak tinggi. Sebab sektor
pertanian umumnya memliki nilai tambah rendah. Jika kesempatan kerja yang
dominan berasal dari sektor kegiatan ekonomi modern (industri dan jasa), maka output per pekerja akan relatif tinggi,
karena nilai tambah kedua sektor tersebut sangat tinggi.
3.
faktor-faktor
nonekonomi: yang tercakup dalam faktor-faktor nonekonomi antara lain etika
kerja, tata nilai, faktor kebudayaan dan sejarah perkembangan.
Perhitungan
PDB dan Kegiatan-kegiatan Ekonomi Tak Tercatat (Underground Economy)
Data statistik PDB Indonesia yang dilaporkan oleh
Badan Pusat Statistik hanya mencatat kegiatan-kegiatan ekonomi formal. Karena
itu, statistik PDB belum mencerminkan seluruh aktivitas perekonomian suatu
negara. Di negara berkembang, keterbatasan kemampuan pencatatan lebih
disebabkan oleh kelemahan administratif dan struktur kegiatan ekonomi yang
masih didominasi oleh kegiatan pertanian dan informal. Dan di negara maju,
kebanyakan kegiatan ekonomi yang tak tercatat karena kegiatan tersebut ilegal
atau melawan hukum misalnya penjual obat bius dan obat-obat terlarang.
6.
Distribusi
Pendapatan Nasional
Distribusi
atau penyebaran pendapatan nasional yang merata akan memberikan dampak
kesejahteraan pada masyarakat dan penigkatan dari suatu negara seperti
pembangunan ekonomi. Distribusi Pendapatan Nasional dikatakan tersebar merata
bila setiap individu mendapatkan bagian yang sama dari output
perekonomian. Untuk mengukur tingkat ketimpangan distribusi Pendapatan
Nasional digunakan 3 cara yaitu dengan Kurva Lorenz, Koefisien Gini, dan kriteria dari Bank Dunia.
A. Kurva Lorenz
Kurva Lorenz, artinya kurva yang menggambarkan
hubungan antara distribusi jumlah penduduk dengan distribusi pendapatan. Kurva Lorenz menjelaskan 3 hal yaitu :
1.
Distribusi Pendapatan Nasional yang
sangat merata (Absoulute equality distribution)
2.
Distribusi Pendapatan Nasional yang sangat tidakmerata atau sangat
timpang. ( Absolute inequality income distribution)
3.
Distribusi Pendapatan Nasional yang
aktual, yang sesuai dengan kenyataan tidak (pernah) merata (actual
inequality income distribution)
Jumlah
penerimaan pendapatan (jumlah penduduk) dinyatakan pada sumbu horizontal dalam
persentase komulatif. Garis diagonal dalam menyatakan pemerataan sempuna (perfect equality) dalam distribusi antar
kelompok pendapatan masing-masing persentase kelompok penerima pendapatan
menerima persentase pendapatan total yang sama besarnya. Contoh 40% kelompok
terbawah meerima 40% dari pendapatan total, sedangkan 5% kelompok teratas hanya
menerima 5% dari pendapatan total. (Todaro dan Smith,2004:223)
Kurva
Lorenz memperlihatkan hubungan aktual dari persentase penerima pendapatan
dengan persentase pendapatan total.
Semakin jauh jarak Kurva Lorenz dengan garis diagonal (line of perfect equality) maka semakin
timpang atau tidak meratanya distribusi pendapatan. Semakin tinggi tingkat
ketimpangan distribusi pendapatan di
suatu negara maka bentuk kurva lorenz akan semakin melengkung mendekati garis
horizontal bagian bawah.
B.
Koefisien Gini
Koefisien
gini merupakan alat ukur ketidakadilan distribusi pendapatann (inequality income distributison) dengan
menghitung luas kurva Lorenz.
1.
Jika
distribusi pendapatan adil sempurna ( luasnya nol ) ; Angka koefisien Gini sama
dengan nol.
2.
Jika
distribusi pendapatan tidak adil sempurna
; angka koefisien gini sama dengan satu.
Jika ditribusi pendapatan memburuk, garis lengkung pada
kurva Lorenz makin menjauh dari garis diagonalnya. Kurva Lorenz makin meluas,
angka koefisien Gini makin besar. Angka koefisien gini makin besar, disebebkan
karena semakin buruknya distribusi pendapatan. Jadi angka koefisien Gini
berkisar antara nol sampai dengan satu.
Patokan
nilai Koefisien Gini sebagai berikut :
Lebih
kecil dari 0,3 : tingkat ketimpangan
rendah;
Antara
0,3 – 0,5 : tingkat ketimpangan
sedang;
Lebih
tinggi dari 0,5 : tingkat ketimpangan
tinggi
C.
Kriteria Bank Dunia
Dalam melihat distribusi pendapatan, Bank Dunia membuat
kriteria, yaitu dengan mengukur ketimpangan distribusi pendapatan suatu negara.
Yaitu dengan cara melihat besarnya kontribusi/sumbangan dari 40% penduduk termiskin. Kriteria yang
digunakan bank dunia yaitu “
1.
20%
penduduk termiskin memperoleh pendapatan lebih kecil dari 12% dari keseluruhan
pendpaatan nasional, maka negara yang bersangkutan berada dalam ketimpangan
yang tinggi dalam distribusi pendapatannya.
2.
20%
penduduk termiskin pendapatannya antara 12% - 16% dari keseluruhan pendpaatan
nasional, maka negara yang bersangkutan berada dalam ketimpangan yang sedang
dalam distribusi pendapatannya.
3.
20%
penduduk termiskin pendapatannya lebih dari 16% dari keseluruhan pendpaatan
nasional, maka negara yang bersangkutan berada dalam ketimpangan yang rendah
dalam distribusi pendapatannya.
7. Distribusi Kekayaan
Di negara kapitalis maju,
alternatif individu untuk menyimpan kekayaan sangat beragam. mereka dapat
membeli saham, obligasi, menyimpan dalam bentuk deposito dan aste-aset
finansial lainnya. Selain aset finansial, mereka juga dapat membeli real estat.
Tujuan penumpukan aset adalah untuk peningkatan pendapatan total dimasa
mendatang. Dengan kata lain, di negara maju orang senantiasa dengan membeli
aset produktif. Karena itu pembahasan distribusi kekayaan sangat relevan untuk
melihat perkembangan distribusi pendapatan. Pengukuran distribusi kekayaan
dilakukan dengan menghitung kelompok-kelompok mana saja yang paling menguasai
jenis-jenis aset tertentu.
Di negara yang belum maju,
seperti Indonesia, jenis kekayaan yang dimiliki dalam suatu keluarga tidak
sebanyak dinegara maju. Umumnya kekayaan yang dimiliki oleh keluarga di
Inonesia adalah tanah dan rumah. Kekayaan ini umumnya tidak produktif, dalam
arti tidak dapat menambah penghasilan. Kerena sebagian besar penduduk Indonesia
masih mengandalkan pendapatan dari sektor pertanian, maka distribusi kekayaan
yang relevan dibicarakan adalah distribusi kepemilikan lahan pertanian ( sawah
dan perkebunan). Jika menggunakan ukuran ini distribusi kekayaan di Indonesia
masih buruk. Misalnya, sebagian besar keluarga yang memiliki sawah, hanya
memiliki luas dengan ukuran lebih kecil 2000 meter persegi (0,2 hektar).
Padahal untuk hidup layak, satu keluarga memiliki minimal 3 hektar sawah
beririgasi baik. Juga banyak keluarga petani yang tidak memiliki lahan sawah.