Sabtu, 09 Januari 2016

PENDAPATAN NASIONAL

post by Unknown on 9.1.16
PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL
Besar output nasional dapat menunjukkan beberapa hal penting yaitu :
1.      Seberapa efisien sumber daya yang ada dalam perekonomian, yang digunakan untuk memproduksi barang dan jasa. Makin besar pendapatan nasional suatu negara semakin baik efisiensi alokasi sumber daya ekonominya.
2.      Tingkat produktivitas dan tingkat kemakmuran suatu negara. Alat ukur tingkat kemakmuran adalah output nasional perkapita. Nilai output per kapita diperoleh dengan cara membagi besarnya output nasional dengan jumlah penduduk pada tahun yang bersangkutan. Jika angka output perkapita makin besar maka tingkat kemakmuran semakin tinggi. Alat ukur tingkat produktivitas rata- rata adalah output per tenaga kerja. Semakin besar angkanya semakin tinggi produktivitas tenaga kerja.
3.      Masalah struktural yang dihadapi suatu perekonomian. Masalah yang dimaksud adalah masalah yang berhubungan dengan distribusi pendapatan nasional.
Istilah yang sering dipakai dalam pendapatan nasional adalah Produk Domestik Bruto PDB atau Gross Domestic Product (GDP). Ada dua langkah yang harus dilakukan sebelum menghitung PDB adalah memahami siklus aliran pendapatan serta pengeluaran dalam konteks makro dan bagaimana para pelaku ekonomi berinteraksi.
1.      \Siklus aliran Pendapatan ( Circular Flow)
Siklus aliran Pendapatan ( Circular Flow) adalah sebuah model yang menggambarkan bagaimana interaksi antar para pelaku ekonomi menghasilkan pendapatan yang digunakan sebagai pengeluaran dalam upaya memaksimalkan nilai kegunaan masing-masing pelaku. Model Circular Flow membagi perekonomian menjadi 4 sektor yaitu sektor rumah tangga, sektor perusahaan, sektor pemerintahan dan sektor luar negeri.
2.      Tiga Pasar Utama (Three Basic Market)
a.       Pasar Barang dan Jasa
Adalah pertemuan antara permintaan dan penawaran barang dan jasa. Dalam perekonomian tertutup, permintaan berasal dari sektor rumah tangga dan pemerintahan. Sedangkan penawaran berasal dari sektor perusahaan.
b.      Pasar Tenaga Kerja
Adalah interaksi antara permintaan dan penawaran tenaga kerja. Dalam perekonomian tertutup, permintaan berasal dari sektor perusahaan dan pemerintahan. Sedangkan penawaran berasal dari sektor rumah tangga. Dalam perekonomian terbuka, penawaran berasal dari sektor luar negeri.
c.       Pasar Uang dan Modal
.Dalam pasar uang dan modal, yang dijualperbelikan adalah hak penggunaan uang. Seorang individu bersedia memberikan hak penggunaan uangnya kepada pihak lain selama 3 bulan, ia dapat menaruh uangnya dalam bentuk deposito berjangka 3 bulanan. Sebagai balas jasa berupa pendapatan bunga. Permintaan akan uang berasal dari orang yang membuthkan uang dan untuk mendapatkannya ia harus membayar bunga. Jika hak penggunaan uang yang dijualerbelikan adalah setahun atau kurang, maka dikategorikn pasar uang (money market). Jika hak penggunaan uang yang dijualperbelikan lebih dari setahun dikategorikan pasar modal (capital market). Lembaga perantara  adalah lembaga perbankan/bank (banking) mapun lembaga non perbankan/bank (non-banking institution)
2. Metode-metode Penghitungan Pendapatan Nasional
      a.  Metode Output (Output Approach) atau Metode Produksi
PDB (Pendapatan Domestik Bruto) adalah total produksi/output yang dihasilkan oleh
suatu perekonomian. Perekonomian tersebut dibagi menjadi beberapa sektor produksi.
Jumlah output masing-masing sektor adalah jumlah output seluruh perekonomian, dimana
ada kemungkinan bahwa output yang dihasilkan suatu sektor perekonomian berasal dari
output/input sektor lain. Angka PDB dapat menggelembung beberapa kali lipat karena terjadi
perhitungan ganda atau bahkan multiple counting. Untuk menghindari hal tersebut, dalam
perhitungan PDB digunakan metode produksi yang menjumlahkan nilai tambah masing-
masing sektor.
NT = NO – NI
           Keterangan:
           NT        = Nilai tambah
           NO       = Nilai output
           NI         = Nilai input
                        Dari persamaan tersebut dapat dikatakan bahwa proses produksi merupakan proses
           meningkatkan nilai tambah. Aktivitas produksi yang baik adalah aktvitas yang menghasilkan
           NT > 0.
           Maka, besar PDB = , dimana i = sektor produksi ke-1, 2, 3,....,n
           Contoh: Output Sektoral Negara Astina tahun 2007
Sektor produksi
Nilai output
Nilai input
Nilai tambah
Pertanian (kapas)
300
0
300
Pabrik benang
400
300
100
Pabrik tekstil
600
400
200
Industri garmen
800
600
200
Perdagangan (pakaian)
1000
800
200

          Tabel di atas menunjukkan perekonomian Astina yang terdiri dari 5 sektor produksi. Hasil produksi perekonomian tersebut sebenarnya merupakan proses lebih lanjut dari kapas yang dihasilkan sektor pertanian. Kapas dibeli oleh pabrik benang untuk diolah kemudian dijual ke pabrik tekstil yang selanjutnya dijual lagi ke industri garmen dan dijual lagi ke sektor perdagangan pakaian hingga akhirnya sampai ke masyarakat.
Perhitungan ganda dapat terjadi jika kita menganggap bahwa nilai produksi total perekonomian Astina adalah sama dengan nilai output total masing-masing sektor, yaitu 3100. Padahal nilai outputnya adalah 1000 yang diambil dari penjumlahan nilai tambah masing-masing sektor produksi. Misalnya, nilai output pabrik benang yang besarnya 400, sebesar 300 adalah hasil sektor pertanian kapas. Begitu juga hasil produksi sektor pabrik tekstil yang sebesar 600, menggunakan input yang merupakan output pabrik benang senilai 400, dan seterusnya.
      b. Metode Pendapatan (Income Approach)
Dalam metode ini, nilai output perekonomian sebagai nilai total balas jasa atas faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi.
Q = f(L,K,U,E)
Keterangan :      Q = output
L = tenaga kerja
K = barang modal
U = uang/finansial
E = kemampuan entrepreneur/kewirausahaan
Persamaan diatas menunjukkan bahwa untuk memproduksi output dibutuhkan input berupa tenaga kerja, barang modal, dan uang yang didukung dengan kemampuan kewirausahaan, yaitu kemampuan mengombinasikan segala faktor di atas untuk menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat.
Pendapatan nasional adalah total balas jasa atas seluruh faktor produksi. Balas jasa untuk tenaga kerja adalah upah atau gaji, untuk barang modal adalah pendapatan sewa, dan untuk pemilik uang/aset finansial adalah keuntungan.
PN = w+i+r+π
Keteragan :        w = upah/gaji
                        I  = pendapatan bunga
                        r = pendapatan sewa
                        π = keuntungan

Contoh : Pendapatan Nasional AS Tahun 1994 Berdasarkan Pendekatan Pendapatan (dalam US$ Milliar)
Pendapatan upah/gaji
4004,6
Pendapatan non gaji
473,7
Keutungan perusahaan
542,7
Pendapatan bunga netto
409,7
Pendapatan sewa
27,7
Pendapatan nasional
5458,4

c.        Metode Pengeluaran
Menurut metode pengeluaran, nilai PDB merupakan nilai total pengeluaran dalam perekonomian selama periode tertentu. Menurut metode ini ada beberapa jenis pengeluaran dalam suatu perekenomian:
  1. Konsumsi Rumah Tangga
Konsumsi Rumah Tangga adalah pengeluaran pada rumah tangga dipakai untuk konsumsi akhir baik barang dan jasa yang habis dalam tempo setahun kurang maupun setahun lebih.
  1. Konsumsi Pemerintah
pengeluaran – pengeluaran pemerintah yang digunakan untuk pembayaran  balas  jasa  pegawai  (belanja pegawai), dan penyusutan barang modal, dikurangi dengan hasil penjualan barang dan jasa (output pasar) pemerintah yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pemerintah (yang bukan dikonsumsi oleh pemerintah). Konsumsi pemerintah disebut juga dengan output non- pasar pemerintah.
  1. Pengeluaran Investasi
merupakan pengeluaran sektor dunia usaha. Pengeluaran ini dilakukan untuk memelihara dan memperbaiki kemampuan menciptakan / meningkatkan barang. Untuk mengetahui berapa potensi produksi dihitung investasi netonya, yaitu investasi buto dikurangi penyusutan
  1. Ekspor Neto
adalah selisih antara nilai ekspor dengan impor. Ekspor neto positif bila ekspor lebih besar daripada impor. Begitu juga sebaliknya.

Nilai PDB berdasarkan metode pengeluaran adalah nilai total lima jenis pengeluaran tersebut:

PDB = C + G + I + ( X – M )

dimana:     C  = konsumsi rumah tangga
                  G  = Komsumsi pemerintahan
                   I   = PMTDB
                   X  = ekspor
                  M  = impor

3.      Pengertian Dasar Tentang Perhitungan Agrerat
Tujuan Perhitungan output maupun pengeluaran dan ukuran agreratnya lainnya adalah untuk menganalisis dan menentukan kebijakan ekonomi guna memperbaiki/ meningkatkan kemakmuran/ kesejahteraan rakyat. Ada beberapa pengertian yang berkaitan dengan hal tersebut yaitu:
  1. Produk Domestik Bruto
  2. Produk Nasinal Bruto
  3. Produk Nasional Neto
  4. Pendapatan Nasional
  5. Pendapatan Personal
  6. Pendapatan Personal Disposabel
a.      Produk Domestik Bruto (PDB)
Produk Domestik Bruto (PDB) menghitung hasil produksi suatu perekonomian tanpa memperhatikan siapa pemilik faktor produksi tersebut. Semua faktor produksi yang berlokasi dalam perekonomian tersebut outputnya diperhitungkan dalam PDB.
b.      Produk Nasional Bruto (PNB)
Nilai produksi yang dihasilkan oleh faktor – faktor produksi milik perekonomian disebut sebagai Poduk Nasional Bruto. Kelemahan pada PDB dapat di koreksi dengan mengurangi nilai produksi yang dihasilkan faktor produksi yang bersal dari luar perekonomian (berada di luar negeri). Nilai produksi yang dihasilkan oleh faktor produksi di luar negeri juga ditambahkan. Angka yang dihasilkan dari penjumlahan dan pengurangan terhadap PDB merupakan produk nasional bruto (PNB) atau Gross National Product.
Jika pendapatan luar negeri yang dalam perekonomian dinotasikan PFLN dan Pendapatan faktor – faktor produksi dalam negeri dinotasikan PFDN maka selisih PFLN dengan PFDN adalah pendapatan faktor produksi neto (PFPN) maka dikatakan:
     PNB = PDB + PFPN

c. Produk Nasional Neto ( Net National Product )
            Produk Nasional Neto (PNN ) adalah jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat dalam periode tertentu setelah dikurangi oleh penyusutan dan pengganti barang modal. Penyusutan bagi peralaan produksi umumnya bersifat taksiran sehingga mungkin saja kurang tepat atau menimbulkan kesalahan yang relatif kecil.
PNN = PNB – Depresiasi
d. Pendapatan Nasional ( National Income )
            Pendapatan Nasional (PN) merupakan jumlah pendapatan yang diterima oleh seluruh rumah tangga keluarga di suatu negara, dari penyerahan fator - faktor produksi yang digunakan dalam satu periode. Angka PN dapat diturunkan dari angka PNN. Untuk mendapatkan angka PN dari PNN, kita harus mengurangi angka PNN dengan angka (PTL) dan menambakan dengan (S).
PN = PNN  –  PTL + S
e. Pendapatan Personal (Personal Income)
            Pendapatan Nasional (PP) adalah bagian pendapatan nasional yang merupakan hak individu-individu dalam perekonomian, sebagai balas jasa keikutsertaan mereka dalam proses produksi termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa melakukan kegiatan apapun.PP  juga menghitung pembayaran transfer payment (dana pensiun,tunjangan sosial).
PP = PN – LTB  – PAS  – PIGK  – PNJB
Keterangan : PP = Pendapatan Nasional
PN = Pendapatan Nasional
LTB = Laba Tidak Dibagikan
PAS = Pembayaran – Pembayaran Asuransi Sosial
PIGK = Pendapatan Bunga yang Diterima dari Pemerintah dan Konsumen
PNJB = Pendapatan Non Balas Jasa
f. Pendapatan Nasional Disposable ( Disposable Personal Income )
            Pendapan nasional disposabel (PPD) adalah pendapatan yang siap untuk dimanfaatkan guna membeli barang dan jasa konsumsi dan selebihnya menjadi tabungan yang disalurkan menjadi investasi. Pendapatan Nasional Disposable diperoleh dari PP dikurangi dengan Pajak Atas Pendapatan Nasional.
PPD = PP  – PAP

Dari Produk Domestik Bruto sampai ke Pendapatan Personal Disposabel dapat diringkas sebagai berikut :
C + G + I + (X – M)
Produk Domestik Bruto ( PDB)
Ditambah
:
Pendapatan Faktor Produksi Domestik Yang Ada di Luar Negeri
Dikurang
:
Pendapatan Faktor Produksi Luar Negeri  Yang Ada di Luar Negeri
Produk Nasional Bruto (PNB)
Dikurang
:
Penyusutan
Produk Nasional Neto (PNN)
Dikurang
:
Pajak Tidak Langsung
Ditambah
:
Subsidi
Pendapatan Nasional (PN)
Dikurang
:
Laba Ditahan
Dikurang
:
Pembayaran Asuransi Sosial
Ditambah
:
Pendapatan Bunga Personal Dari Pemerintah dan Konsumen
Ditambah
:
Penerimaan Bukan Barang Jasa
Pendapatan Personal
Dikurang
:
Pajak Pendapatan Personal
Pendapatan Personal Disposabel

Tabel PDB, PNB, Pendapatan Nasional, Pendapatan Personal dan Pendapatan Personal Disposabel Amerika Serikat, 1974 (Dalam US$ Miliar)
Ditambah
Pendapatan Faktor Produksi Domestik Yang Ada di Luar Negeri
167,1
Dikurang
Pembayaran atas Faktor Produksi Luar Negeri
(178,6)
Sama dengan
Produk Nasional Bruto (PNB)
6.726,90
Dikurang
Depresiasi (Penyusutan)
(715,3)
Sama dengan
Produk Nasional Neto (PNN)
6.011,50
Dikurang
(Pajak Langsung - Subsidi)
(533,1)
Sama dengan
Pendapatan Nasional (PN)
5.458
Dikurang
Laba Ditahan
(384,4)
Dikurang
Pembayaran Asuransi Sosial
(626)
Ditambah
Pendapatan Bunga Personal Dari Pemerintah dan Konsumen
254,3
Ditambah
Penerimaan Bukan Barang Jasa
963,4
Sama dengan
Pendapatan Personal
5.701,70
Dikurang
Pajak Pendapatan Personal
(742,1)
Sama dengan
Pendapatan Personal Disposabel
4.959,60

4.      PDB Harga Berlaku dan Harga Konstan
Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara dalam suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Bruto (PDB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu.
Nilai PDB suatu periode tertentu merupakan hasil perkalian antara harga barang yang diproduksi dengan jumlah barang yang dihasilkan.
1.      Harga Berlaku
PDB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yg dihitung menggunakan harga yg berlaku pada setiap tahun. Perhitungan PDB dengan menggunakan harga berlaku dapat memberikan hasil yang menyesatkan, karena pengaruh inflasi.
PDB harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi. Ketika nilai PDB meningkat, output yang dihasilkan menurun, disebabkan oleh kenaikan harga.

2.      Harga Konstan
Harga Konstan maksudnya harga yang dianggap tidak berubah. PDB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar.
PDB harga konstan dapat digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. Perhitungan dengan menggunakan harga konstan akan lebih akurat, karena harga yang dibandingkan sama. Untuk menentukan harga dasar ketika perekonomian berada dalam kondisi baik/stabil.
3.      Hubungan Harga Berlaku dengan Harga Konstan
Nilai PDB saat harga berlaku disebut PDB riil, sedangkan nilai PDB saat harga konstan disebut PDB nominal.
Rumus hubungan antara harga berlaku dengan harga konstan, yaitu:
             

Untuk mengetahui tingkat perekonomian suatu negara, apakah mengalami pertumbuhan atau tidak, dapat dihitung perubahan harga inflasi, yaitu:
5.      Manfaat Dan Keterbatasan Perhitungan PDB
a.       Perhitungan PDB dan Analisis Kemakmuran
Perhitungan PDB (Pendapatan Domestik Bruto) menggambaran ringkas tentang tingkat kemakmuran suatu negara, dengan cara membaginya dengan jumlah penduduk (disebut PDB per kapita). Semakin tinggi angka PDB per kpita, kemakmuran rakyat dianggap semakin tinggi pula. PBB menggunakan angka PDB per kapita untuk menyusun kategori tingkat kemakmuran suatu negara. Dimana sebuah negara dikatakan miskin bila PDB per kapitanya lebih kecil daripada US$ 450,00. Sedangkan negara dapat dikatakan makmur bila PDB perkapita lebih besar daripada US$ 800. Kelemahan dari pendekatan ini adalah tidak terlalu memperhatikan aspek distribusi pendapatan, sehingga angka PDB per kapita kurang memberikan gambaran yang rinci tentang kondisi kemakmuran suatu negara.

b.      Perhitungan PDB dan Masalah Kesejahteraan Sosial
Perhitungan PDB atau PDB per kapita juga dapat digunakan untuk menganalisis tingkat kesejahteraan suatu masyarakat yang meliputi tingkat pendidikan, kesehatan dan gizi, juga jaminan masa depan yang lebih baik. Hubungan PDB dengan tingkat kesejahteraan yakni jika PDB per kapita makin tinggi, maka daya beli masyarakat, kesempatan kerja, serta masa depan perekonomian makin membaik sehingga kesejahteraan akan semakin meningkat pula. Namun hubungan ini dapat berjalan bila openingkatan PDB per kapita disertai perbaikan distribusi pendapatan. Masalah mendasar dalam perhitungan PDB adalah tidak diperhatikannya dimensi nonmaterial. Sebab PDB tidak menghitung output yang tidak terukur oleh uang seperti ketenangan batin. Dalam kenyataan tingkat kemakmuran tidak hanya ditentukan oleh kebahagiaan saja namun juga ketenangan batin, jadi meskipun negara seperti Amerika negara kaya dan Nepal negara miskin belum tentu negara Amerika lebih makmur daripada Nepal karena tingkat kejahatan di negara Amerika jauh lebih banyak dibandingkan di negara Nepal.
Pada batas-batas tertentu, angka PDB per kapita dapat mencerminkan tingkat produktivitas suatu negara. Tingkat produktivitas suatu negara juga dapat di ukur dengan tingkat pendidikan maupun penguasaan teknologi. Untuk memperoleh perbandingan produktivitas antar negara, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan:
1.      jumlah dan komposisi: bila jumlah penduduk semakin besar, sedangkan komposisinya sebagian besar adalah penduduk usia kerja (15-64 tahun) dan berpendidikan tinggi, maka tingkat output dan produktivitasnya dapat makin baik.
2.      jumlah dan struktur kesempatan kerja: jumlah kesempatan kerja yg semakin besar memperbanyak penduduk usia kerja yg dapt terlibat dalam proses produksi. Tetapi komposisi kerja pun memengaruhi tingkat produktivitas. Sekalipun kesempatan kerja sangat besar tetapi semuanya adalah kesempatan kerja sektor pertanian, produktivitas pekerja juga tidak tinggi. Sebab sektor pertanian umumnya memliki nilai tambah rendah. Jika kesempatan kerja yang dominan berasal dari sektor kegiatan ekonomi modern (industri dan jasa), maka output per pekerja akan relatif tinggi, karena nilai tambah kedua sektor tersebut sangat tinggi.
3.       faktor-faktor nonekonomi: yang tercakup dalam faktor-faktor nonekonomi antara lain etika kerja, tata nilai, faktor kebudayaan dan sejarah perkembangan.

Perhitungan PDB dan Kegiatan-kegiatan Ekonomi Tak Tercatat (Underground Economy)
Data statistik PDB Indonesia yang dilaporkan oleh Badan Pusat Statistik hanya mencatat kegiatan-kegiatan ekonomi formal. Karena itu, statistik PDB belum mencerminkan seluruh aktivitas perekonomian suatu negara. Di negara berkembang, keterbatasan kemampuan pencatatan lebih disebabkan oleh kelemahan administratif dan struktur kegiatan ekonomi yang masih didominasi oleh kegiatan pertanian dan informal. Dan di negara maju, kebanyakan kegiatan ekonomi yang tak tercatat karena kegiatan tersebut ilegal atau melawan hukum misalnya penjual obat bius dan obat-obat terlarang.

6.      Distribusi Pendapatan Nasional
Distribusi atau penyebaran pendapatan nasional yang merata akan memberikan dampak kesejahteraan pada masyarakat dan penigkatan dari suatu negara seperti pembangunan ekonomi. Distribusi Pendapatan Nasional dikatakan tersebar merata bila setiap individu mendapatkan bagian yang sama dari output perekonomian.  Untuk mengukur  tingkat ketimpangan distribusi Pendapatan Nasional digunakan 3 cara yaitu dengan Kurva Lorenz, Koefisien Gini,  dan kriteria dari Bank Dunia.
A.    Kurva Lorenz
Kurva Lorenz, artinya kurva yang menggambarkan hubungan antara distribusi jumlah penduduk dengan distribusi pendapatan.  Kurva Lorenz menjelaskan 3 hal yaitu :
1.      Distribusi Pendapatan Nasional yang sangat merata (Absoulute equality distribution)
2.      Distribusi Pendapatan  Nasional yang sangat tidakmerata atau sangat timpang. ( Absolute inequality income distribution)
3.      Distribusi Pendapatan Nasional yang aktual, yang sesuai dengan kenyataan tidak (pernah) merata (actual inequality income distribution)

Jumlah penerimaan pendapatan (jumlah penduduk) dinyatakan pada sumbu horizontal dalam persentase komulatif. Garis diagonal dalam menyatakan pemerataan sempuna (perfect equality) dalam distribusi antar kelompok pendapatan masing-masing persentase kelompok penerima pendapatan menerima persentase pendapatan total yang sama besarnya. Contoh 40% kelompok terbawah meerima 40% dari pendapatan total, sedangkan 5% kelompok teratas hanya menerima 5% dari pendapatan total. (Todaro dan Smith,2004:223)
Kurva Lorenz memperlihatkan hubungan aktual dari persentase penerima pendapatan dengan persentase pendapatan total.  Semakin jauh jarak Kurva Lorenz dengan garis diagonal (line of perfect equality) maka semakin timpang atau tidak meratanya distribusi pendapatan. Semakin tinggi tingkat ketimpangan  distribusi pendapatan di suatu negara maka bentuk kurva lorenz akan semakin melengkung mendekati garis horizontal bagian bawah.

B.      Koefisien Gini
            Koefisien gini merupakan alat ukur ketidakadilan distribusi pendapatann (inequality income distributison) dengan menghitung luas kurva Lorenz.
1.      Jika distribusi pendapatan adil sempurna ( luasnya nol ) ; Angka koefisien Gini sama dengan nol.
2.      Jika distribusi pendapatan tidak adil sempurna  ; angka koefisien gini sama dengan satu.
Jika ditribusi pendapatan memburuk, garis lengkung pada kurva Lorenz makin menjauh dari garis diagonalnya. Kurva Lorenz makin meluas, angka koefisien Gini makin besar. Angka koefisien gini makin besar, disebebkan karena semakin buruknya distribusi pendapatan. Jadi angka koefisien Gini berkisar antara nol sampai dengan satu.
            Patokan nilai Koefisien Gini sebagai berikut :
            Lebih kecil dari 0,3     : tingkat ketimpangan rendah;
            Antara 0,3 – 0,5          : tingkat ketimpangan sedang;
            Lebih tinggi dari 0,5   : tingkat ketimpangan tinggi

C.    Kriteria Bank Dunia
            Dalam melihat distribusi pendapatan, Bank Dunia membuat kriteria, yaitu dengan mengukur ketimpangan distribusi pendapatan suatu negara. Yaitu dengan cara melihat besarnya kontribusi/sumbangan  dari 40% penduduk termiskin. Kriteria yang digunakan bank dunia yaitu “
1.      20% penduduk termiskin memperoleh pendapatan lebih kecil dari 12% dari keseluruhan pendpaatan nasional, maka negara yang bersangkutan berada dalam ketimpangan yang tinggi dalam distribusi pendapatannya.
2.      20% penduduk termiskin pendapatannya antara 12% - 16% dari keseluruhan pendpaatan nasional, maka negara yang bersangkutan berada dalam ketimpangan yang sedang dalam distribusi pendapatannya.
3.      20% penduduk termiskin pendapatannya lebih dari 16% dari keseluruhan pendpaatan nasional, maka negara yang bersangkutan berada dalam ketimpangan yang rendah dalam distribusi pendapatannya.

7. Distribusi Kekayaan
            Di negara kapitalis maju, alternatif individu untuk menyimpan kekayaan sangat beragam. mereka dapat membeli saham, obligasi, menyimpan dalam bentuk deposito dan aste-aset finansial lainnya. Selain aset finansial, mereka juga dapat membeli real estat. Tujuan penumpukan aset adalah untuk peningkatan pendapatan total dimasa mendatang. Dengan kata lain, di negara maju orang senantiasa dengan membeli aset produktif. Karena itu pembahasan distribusi kekayaan sangat relevan untuk melihat perkembangan distribusi pendapatan. Pengukuran distribusi kekayaan dilakukan dengan menghitung kelompok-kelompok mana saja yang paling menguasai jenis-jenis aset tertentu.
            Di negara yang belum maju, seperti Indonesia, jenis kekayaan yang dimiliki dalam suatu keluarga tidak sebanyak dinegara maju. Umumnya kekayaan yang dimiliki oleh keluarga di Inonesia adalah tanah dan rumah. Kekayaan ini umumnya tidak produktif, dalam arti tidak dapat menambah penghasilan. Kerena sebagian besar penduduk Indonesia masih mengandalkan pendapatan dari sektor pertanian, maka distribusi kekayaan yang relevan dibicarakan adalah distribusi kepemilikan lahan pertanian ( sawah dan perkebunan). Jika menggunakan ukuran ini distribusi kekayaan di Indonesia masih buruk. Misalnya, sebagian besar keluarga yang memiliki sawah, hanya memiliki luas dengan ukuran lebih kecil 2000 meter persegi (0,2 hektar). Padahal untuk hidup layak, satu keluarga memiliki minimal 3 hektar sawah beririgasi baik. Juga banyak keluarga petani yang tidak memiliki lahan sawah.


0 coment:

Posting Komentar

 

Annasta_Chan Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea