TEORI
KONSUMSI
1. Pendahuluan
Konsumsi
merupakan kegiatan menggunakan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Konsumsi adalah semua penggunaan barang dan jasa yang dilakukan manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidup. Namun barang dan jasa dalam proses produksi tidak
termasuk konsumsi karena digunakan untuk meproduksi barang lain.
Tindakan
konsumsi dilakukan setiap hari oleh siapapun, tujuannya adalah untuk memperoleh
kepuasan setinggi-tingginya dan mencapai tingkat kemakmuran. Tingkatan konsumsi
memberikan gambaran tingkat kemakmuran seseorang atau masyarakat. Pengertian
kemakmuran disini adalah semakin tinggi tingkat konsumsi seseorang maka semakin
makmur, sebaliknya semakin rendah tingkat konsumsi seseorang berarti semakin
miskin. Untuk dapat mengkonsumsi, seseorang harus mempunyai pendapatan, besar
kecilnya pendapatan seseorang sangat menentukan tingkat konsumsinya.
Pengeluaran konsumsi
terdiri atas:
a.
Konsumsi
rumah tangga (household consumption)
Konsumsi rumah tangga bersifat endogenus. Pengeluaran konsumsi rumah
tangga memiliki porsi terbesar dalam total pengeluaran agregrat. Misalnya,
porsi pengeluaran rumah tangga di Indonesia pada tahun 1996 (sebelum krisis
ekonomi) mencapai sekitar 60% pengeluaran agregat. Bahkan, pada awal tahun
1970-an porsi pengeluaran rumah tangga mencapai angka sekitar 70% dari
pengeluaran agregat. Sedangkan pengeluaran pemerintah umumnya berkisar antara
10% sampai 20% pengeluaran agregat. Mengingat porsinya yang besar tersebut,
maka konsumsi rumah tangga mempunyai pengaruh yang besar pula terhadap
stabilitas perekonimian.
b.
Konsumsi
pemerintah (government consumption).
Berbeda dengan konsumsi pemerintah yang
bersifat eksogenus, konsumsi rumah tangga bersifat endogenus. Besarnya konsumsi
rumah tangga berkaitan erat dengan faktor-faktor lain yang dianggap
memengaruhinya. Karena itu dapat menyusun teori dan model ekonomi yang
menghasilkan pemahaman tentang hubungan tingkat konsumsi dengan faktor-faktor
lain yang memengaruhinya. Teori dan model tersebut dikenal sebagai teori dan
model konsumsi (consumption theories/models).
Perkembangan
masyarakat yang begitu cepat menyebabkan perilaku-perilaku konsumsi juga
berubah cepat. Pada dasarnya, faktor utama yang memengaruhi tingkat konsumsi
masyarakat adalah pendapatan, di mana korelasi keduanya bersifat positif, yaitu
semakin tinggi pendapatan maka
konsumsinya juga semakin tinggi.
2. Teori
Keynes (Keynesian Consumption Model)
Teori Ekonomi
Keynes adalah nama suatu teori ekonomi yang diambil dari John Maynard Keynes,
seorang ekonom Inggris yang hidup antara tahun 1883 sampai 1946. Beliau dikenal
sebagai orang pertama yang mampu menjelaskan secara sederhana penyebab dari
Great Depression. Teori ekonominya berdasarkan atas hipotesis siklus arus uang,
yang mengacu pada ide bahwa peningkatan belanja (konsumsi) dalam suatu
perekonomian, akan meningkatkan pendapatan.
a.
Hubungan pendapatan
Disposabel dan konsumsi
Keynes
menjelaskan bahwa konsumsi saat ini (current consumption) sangat dipengaruhi
oleh pendapatan disposabel saat ini (current disposable income). Menurut
Keynes, ada batas konsumsi minimal yang tidak tergantung oleh tingkat
pendapatan yang disebut dengan Konsumsi Otonomus. Artinya, tingkat konsumsi
tersebut harus dipenuhi, walaupun tingkat pendapatan sama dengan nol.
Jika pendapatan
disposabel meningkat, maka konsumsi juga akan meningkat. Hanya saja peningkatan
konsumsi tersebut tidak sebesar peningkatan pendapatan diposabel. Jadi bisa di
asumsikan dengan rumus berikut :
|
Keterangan
:
C = konsumsi
C0 = konsumsi otonomus
b = marginal
propensity to consume (MPC)
Yd = pendapatan dispsabel
0 ≤
b ≤ 1
Adapun beberapa penjelasan mengenai fungsi Keynes tersebut diatas
:
1. Merupakan variabel
riil/nyata, yaitu funfsi konsumsi Keynes menunjukan hubungan antara pendapatan
dengan pengeluaran konsumsi yang keduanya dinyatakan dengan menggunakan tingkat
harga konstan. Bukan hubungan antara pendapatan nominal dengan pengeluaran
konsumsi nominal.
2. Merupakan pendapatan yang
terjadi (current income), bukan pendapatan yang diperoleh sebelumnya ataupun
pendapatan yang diperkirakan terjadi di masa datang (yang diharapkan).
3. Merupakan pendapatan
absolut, bukan pendapatan relatif atau pendapatan permanen, yang telah
dikemukakan oleh ahli ekonomi lainnya.
Untuk
lebih jelas, perhatikan tabel mengenai Hubungan Antara pendapatan Disposabel
dan Konsumsi berikut ini.
Tabel Hubungan Antara
pendapatan Disposabel dan Konsumsi
Pendapatan Disposabel
|
Konsumsi
|
▲Pendapatan Disposabel
|
▲Konsumsi
|
0
|
200
|
-
|
-
|
1.000
|
1.000
|
1.000
|
800
|
2.000
|
1.800
|
1.000
|
800
|
3.000
|
2.600
|
1.000
|
800
|
4.000
|
3.400
|
1.000
|
800
|
5.000
|
4.200
|
1.000
|
800
|
b.
Kecenderungan Mengonsumsi
Marginal (Marginal Propensity to Consume (MPC))
Kecenderungan mengonsumsi
marginal yaitu perbandingan antara pertambahan
konsumsi (C) yang dilakukan dengan pertambahan pendapatan disposable (Y).
Keterangan:
MPC =
Kecenderungan Mengonsumsi Marginal / Marginal Propensity to Consume (MPC)
C =
Pertambahan konsumsi
Y =
Pertambahan pendapatan disposable
Jumlah tambahan konsumsi tidak akan
lebih besar daripada tambahan pendapatan disposable, sehingga angka MPC tidak
akan lebih besar dari satu. Selain itu, angka MPC juga tidak pernah negatif,
dimana jika pendapatan disposable terus meningkat, konsumsi akan terus menurun
sampai nol. Sehingga, . Besarnya MPC menunjukkan kemiringan (slope) kurva
konsumsi.
Berdasarkan
kurva diatas, kurva konsumsi berbentuk garis lurus. Kurva konsumsi yang
sudutnya lebih kecil dari 45 derajat menunjukkan bahwa MPC tidak mungkin lebih
besar dari satu. hal itu dibuktikan bahwa ketika pendapatan disposable
meningkat 1000 unit, konsumsi hanya meningkat 800 unit, atau MPC=0,8. Yang
dapat dikatakan adalah nilai MPC akan semakin kecil pada saat pendapatan
disposable menigkat.
Pada saat tingkat pendapatan Y1,
Y2, dan Y3, MPC masing-masing digambarkan oleh garis
singgung a,b,dan c. Makin mendatarnya garis singgung menunjukkan MPC semakin
kecil pada saat pendapatan disposable meningkat.
MPC pada masyarakat berpenghasilan
tinggi (negara maju) lebih kecil daripada masyarakat berpenghasilan rendah
(negara berkembang) karena sebagian besar pendapatan disposable tersebut lebih
banyak digunakan untuk menabung daripada konsumsi.
c.
Kecenderungan Mengonsumsi Rata-rata (Average
Propensity to Consume (APC))
Kecenderungan Mengonsumsi Rata-rata / Average
Propensity to Consume (APC), adalah rasio antara konsumsi total dengan
pendapatan disposable total.
Keterangan:
APC = Kecenderungan Mengonsumsi Rata-rata
/ Average Propensity to Consume (APC)
C = tingkat konsumsi
Y = besarnya pendapatan disposable
Tabel Hubungan antara Pendapatan Disposable dan Konsumsi, MPC dan APC
Pendapatan
Disposable
|
Konsumsi
|
∆Pendapatan
Disposable
|
∆Konsumsi
|
MPC
|
APC
|
0
|
200
|
||||
1000
|
1000
|
1000
|
800
|
0,8
|
1
|
2000
|
1800
|
1000
|
800
|
0,8
|
0,9
|
3000
|
2600
|
1000
|
800
|
0,8
|
0,87
|
4000
|
3400
|
1000
|
800
|
0,8
|
0,85
|
5000
|
4200
|
1000
|
800
|
0,8
|
0,84
|
Karena besarnya MPC<1, maka APC<1. Pada kurva
diatas menunjukkan bahwa nilai APC mula-mula lebih besar daripada MPC, tetapi
semakin lama semakin menurun.
Contoh soal:
d.
Hubungan Konsumsi
dan Tabungan
Pendapatan
disposabel yang diterima rumah tangga sebagian besar digunakan untuk konsumsi,
sedangkan sisanya ditabung. Dengan demikian kita dapat menyatakan :
Yd = C +
S
Yd = (C0
+ bYd) + S
S = -C0
+ (1 – b) Y
di mana:
C0 =
konsumsi rumah tangga secara nasional pada saat pendapatan nasional
sama dengan nol.
B = kecondongan
konsumsi marjinal (MPC)
C = Tingkat
konsumsi
S = Tingkat
tabungan
Y = Tingkat
pendapatan nasional
Setiap
tambahan penghasilan disposabel akan dialokasikan untuk menambah konsumsi dan
tabungan. Besarnya tambahan pendapatan disposabel yang menjadi tambahan
tabungan disebut kecenderungan menabung marjinal (Marginal Propensity to Save;
MPS). Sedangkan rasio antara tingkat tabungan dengan pendapatan disposabel
disebut kecenderungan menabung rata-rata (Average Propensity to Save;APS).
MPC
dan MPS
ΔYd = ΔC
+ ΔS
Jika dibagi dengan
ΔYd, maka:
∆Y/∆Y =
∆C/∆Y + ∆S/∆Y
1 = MPC + MPS
Atau,
MPS = 1 – MPC
Dari
persamaan di atas dapat disimpulkan bahwa nilai MPC ditambah MPS sama dengan
satu. Pada saat pendapatan disposable masih rendah, setiap unit tambahan
pendapatan sebagian besar dialokasikan untuk konsumsi. Nilai MPC mendekati 1,
nilai MPS mendekati nol. Hal ini dapat menjelaskan mengapa di Negara-negara
miskin kemampuan menabungnya sangat rendah, sehingga bila mereka ingin
melakukan investasi terpaksa meminjam dari luar negeri. Umumnya dana tersebut
berasal dari Negara-negara kaya, yang nilai MPC nya sudah mengecil dan nilai
MPS nya makin besar.
Nilai total
APC ditambah APS juga sama dengan satu. Dapat dibuktikan dengan menggunakan
persamaan matematika sederhana di bawah ini.
Yd = C +
S
Y/Y =
C/Y + S/Y
1 = APC + APS
Pendapatan Disposabel
|
Konsumsi
|
Tabungan
|
ΔPendapatan Disposabel
|
ΔKonsumsi
|
ΔTabungan
|
MPC
|
MPS
|
APC
|
APS
|
0
|
200
|
-200
|
|||||||
1.000
|
1.000
|
0
|
1.000
|
800
|
0,8
|
1,00
|
0
|
||
2.000
|
1.800
|
200
|
1.000
|
800
|
200
|
0,8
|
0,2
|
0,90
|
0,10
|
3.000
|
2.600
|
400
|
1.000
|
800
|
200
|
0,8
|
0,2
|
0,87
|
0,13
|
4.000
|
3.400
|
600
|
1.000
|
800
|
200
|
0,8
|
0,2
|
0,85
|
0,15
|
5.000
|
4.200
|
800
|
1.000
|
800
|
200
|
0,8
|
0,2
|
0,84
|
0,16
|
Hubungan Antara MPC dan MPS, APC,
dan APS
Catatan : MPS = /
MPC =Tabungan/ Pendapatan Disposabel
3.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi
a.
Faktor-faktor Ekonomi
1. Pendapatan
rumah tangga (household income)
Pendapatan yang meningkat tentu saja
biasanya otomatis diikuti dengan peningkatan pengeluaran konsumsi. Contoh:
Seseorang yang tadinya makan sehari dua kali, bisa menjadi tiga kali ketika
dapat tunjangan tambahan dari pabrik.
2. Kekayaan
rumah tangga (household wealth)
Orang kaya yang punya banyak aset
riil biasanya memiliki pengeluaran konsumsi yang besar. Contoh: Seseorang yang
memiliki banyak rumah kontrakan dan rumah kost biasanya akan memiliki banyak
uang tanpa harus banyak bekerja. Dengan demikian orang tersebut dapat membeli
banyak barang dan jasa karea memiliki banyak pemasukan dari hartanya.
3. Jumlah
barang-barang konsumsi tahan lama dalam masyarakat
Pengaruh terhadap tingkat konsumsi
bisa bersifat positif (menambah) dan negatif (mengurangi). Apabila, misalnya,
makin banyak jumlah pesawat televisi terdapat di masyarakat, maka akan
mengurangi orang menonton bioskop. Namun bila semakin banyak tersedia kendaraan
mobil dan sepeda motor, maka akan semakin banyak pengeluaran yang membeli
bensin, perbaikan, dsb.
4. Tingkat
bunga (interest rate)
Bunga bank yang tinggi akan
mengurangi tingkat konsumsi yang tinggi karena orang lebih tertarik menabung di
bank dengan bunga tetap tabungan atau deposito yang tinggi dibanding dengan
membelanjakan banyak uang.
5. Perkiraan
tentang masa depan (household expectation about the future)
Orang yang was-was tentang nasibnya
di masa yang akan datang akan menekan konsumsi. Biasanya seperti orang yang mau
pensiun, mempunyai anak yang membutuhkan biaya sekolah, ada yang sakit butuh
banyak biaya perobatan, dan lain sebagainya.
6. Kebijakan pemerintah mengurangi ketimpangan
distribusi pendapatan.
Keinginan
pemerintah untuk mengurangi ketimpangan dalam distribusi pendapatan akan
menyebabkan bertambahnya pengeluaran konsumsi masyarakat secara keseluruhan.
b.
Faktor-faktor Demografi (Kependudukan)
1. Jumlah
penduduk
Jika jumlah penduduk suatu daerah
sedikit, maka biasanya konsumsinya sedikit. Dan sebaliknya, jika penduduknya
banyak maka konsumsinya banyak pula.
2. Komposisi
penduduk
Komposisi penduduk suatu negara
dapat dilihat dari beberapa klasifikasi, di antaranya: usia, pendidikan, dan
wilayah tinggal. Pengaruh komposisi penduduk terhadap tingkat konsumsi
dijabarkan sederhan seperti di bawah ini.
·
Makin banyak
penduduk yang berusia produktif, makin besar tingkat konsumsi, terutama bila
sebagian besar dari mereka mendapat kesempatan kerja yang tinggi, dengan upah
yang wajar.
·
Makin tinggi
tingkat pendidikan masyarakat, tingkat konsumsinya juga makin tinggi.
· Makin
banyak penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan (urban), pengeluaran
konsumsi juga makin tinggi
c.
Faktor-faktor Non-Ekonomi
Faktor lain yang
mempengaruhi tingkat konsumsi adalah faktor non-ekonomi. Faktor non-ekonomi
yang paling berpengaruh adalah faktor social budaya masyarakat. Misalnya saja,
berubahnya pola kebiasaan makan, perubahan etika, dan tata nilai karena ingin
meniru kelompok masyarakat lain yang dianggap lebih hebat/ideal. Contoh paling
kongkrit di Indonesia adalah berubahnya kebiasaan berbelanja di pasar
tradisional ke pasar swalayan. Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi
adalah:
1)
Kebiasaan Adat Sosial Budaya
Suatu kebiasaan di suatu wilayah
dapat mempengaruhi tingkat konsumsi seseorang. Di daerah yang memegang teguh
adat istiadat untuk hidup, sederhana biasanya akan memiliki tingkat konsumsi
yang kecil.
2) Gaya Hidup Seseorang
Seseorang
yang berpenghasilan rendah dapat memiliki tingkat pengeluaran yang tinggi jika
orang itu menyukai gaya hidup yang mewah dan gemar berhutang baik kepada orang
lain maupun dengan kartu kredit.
4. Kekayaan Rumah Tangga
Kekayaan rumah tangga yang di maksud di sini adalah
kekayaan yang riil dan kekayaan finansial. Kekayaan riil, misalnya rumah,
tanah, dan mobil, sedangkan kekayaan finansial contohnya deposito berjangka,
saham, dan surat-surat berharga. Kekayaan-kekayaan tersebut dapat meningkatkan
konsumsi, karena menambah pendapatan disposabel. Misalnya, bunga deposito yang
diterima setiap tahun menambah pendapatan rumah tangga. Demikian pula dengan
rumah, tanah, ataupun mobil yang disewakan. Penghasilan-penghasilan tersebut
dinamakan penghasilan nonupah (non wages income). Sebagian dari tambahan
penghasilan tersebut akan digunakan sebagai konsumsi. Tentunya, hal ini akan
meningkatkan pengeluaran konsumsi.
5.
Jumlah Barang-Barang Konsumsi Tahan Lama dalam Masyarakat
Pengeluaran konsumsi juga dipengaruhi oleh jumlah
barang-barang konsumsi tahan lama (consumers’ durables). Adapun pengaruhnya terhadap
tingkat konsumsi bisa bersifat positif (menambah) ataupun bersifat negatif
(mengurangi). Misalnya, pesawat televisi. Apabila jumlah pesawat televisi makin
banyak beredar di masyarakat, maka orang-orang akan mengurungkan niat mereka
untuk nonton di bioskop (termasuk uang transportasi dan uang makan), karena
mereka sudah memiliki TV. Dalam hal ini, pengaruh barang-barang konsumsi
bersifat negatif. Contoh berikutnya, kendaraan bermotor. Apabila kendaraan
bermotor makin lama makin banyak, maka pengeluaran masyarakat juga akan
bertambah (biaya bensin, biaya perbaikan dan pemeliharaan, dan sebagainya).
Dalam hal ini, pengaruh barang-barang konsumsi bersifat positif.
6.
Tingkat Bunga
Tingkat Bunga yang dapat mepengaruhi besarnya pengeluaran
konsumsi rumah tangga ada dua, yaitu :
a.
Tingkat
Bunga Tinggi
Tingkat bunga yang tinggi
dapat mengurangi keinginan konsumsi,
baik dari sisi keluarga yang memiliki
kelebihan uang maupun yang kekurangan uang. Kenapa? Karena dengan tingkat bunga yang tinggi, maka biaya ekonomi
(opportunity cost) dari kegiatan konsumsi akan semakin mahal.
Contohnya :
1.
Bagi mereka yang kekurangan uang akan lebih
memilih mengonsumsi dengan cara meminjam dari bank dan karena biaya
bunga yang akan naik apabila mereka
ingin pinjam lebih banyak, maka mereka lebih memilih untuk mengurangi konsumsi.
2.
Untuk mereka yang memiliki uang yang lebih,
mereka akan lebih memilih untuk
menyimpan uang dibank dibandingkan dihabiskan untuk konsumsi karena tingkat bunganya yang tinggi yang dapat menguntungkan.
b.
Tingkat Bunga Rendah
Tingkat bunga yang rendah dapat meningkatkan keinginan konsumsi. Contoh :
1.
Bagi mereka yang kaya menyimpan uang dibank
menyebabkan biaya menunda konsumsi
terasa lebih besar, jadi mereka lebih cenderung untuk mengkonsumsi suatu barang yang bisa menguntungkan untuk
kedepannya.
2.
Bagi keluarga yang kurang mampu, biaya meminjam
yang menjadi lebih rendah akan meningkatkan
keberanian dan gairah konsumsi.
7.
Perkiraan Masa Depan
a.
Jika rumah tangga memperkirakan masa depannya
makin baik, mereka akan lebih leluasa untuk melakukan konsumsi oleh karena itu
pengeluaran konsumsi akan cenderung
meningkat.
b.
Jika rumah tangga memperkirakan masa depannya
jelek, mereka akan lebih cenderung
menekan pengeluaran konsumsi.
Faktor-faktor
Internal dan Eksternal yang dipergunakan untuk memperkirakan prospek masa depan
rumah tangga :
1. Internal
l
Pekerjaan
l
Karir dan gaji yang menjanjikan
l
Banyak anggota keluarga yang telah bekerja
Apakah saya akan mendapatkan
pekerjaan? Apakah karier dan gaji saya akan meningkat?
Berapa banyak anggota yang telah dan akan bekerja? Berapa gaji/ penghasilan mereka?
2. Eksternal
·
Kondisi perekonomian domestik dan internasional
·
Jenis-jenis dan arah kebijakan ekonomi yang
dijalankan pemerintah.
8. Kebijakan Pemerintah Mengurangi Ketimpangan Distribusi
9. Hubungan Teori Konsumsi dan Teori Investasi
tahun ), makin besar tingkat konsumsi , terutama bila
sebagian besar dari mereka mendapat kesempatan kerja yang tinggi, dengan upah
yang wajar.
b. Pendidikan (
rendah, menengah, tinggi )
Makin tinggi pendidikan masyarakat, tingkat konsumsinya
juga makin tinggi. Sebab pada saat seseorang /uatu keluarga makin berpendidikan
tinggi, kebutuhan hidupnya makin banyak.
c. Wilayah tinggal (
Perkotaan dan pedesaan )
Makin banyak penduduk yang tinggal diwilayah perkotaan ( urban ),
pengeluaran konsumsi juga makin tinggi. Sebab umumnya pola hidup masyarakat
perkotaan lebih konsumtif dibanding masyarakat pedesaan.
9.
Hubungan Teori Konsumsi dan Teori Konsumsi Investasi
Jika seseorang menekan tingkat
konsumsi dan melakukan investasi, maka orang tersebut akan mendapat keuntungan
yang lebih di masa yang akan datang.
Konsumsi ↓ Investasi ↑
Profit ↑
0 coment:
Posting Komentar