Sabtu, 09 Januari 2016

Contoh Makalah Teori Konsumsi

post by Unknown on 9.1.16
TEORI KONSUMSI
1. Pendahuluan
Konsumsi merupakan kegiatan menggunakan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup. Konsumsi adalah semua penggunaan barang dan jasa yang dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup. Namun barang dan jasa dalam proses produksi tidak termasuk konsumsi karena digunakan untuk meproduksi barang lain.
Tindakan konsumsi dilakukan setiap hari oleh siapapun, tujuannya adalah untuk memperoleh kepuasan setinggi-tingginya dan mencapai tingkat kemakmuran. Tingkatan konsumsi memberikan gambaran tingkat kemakmuran seseorang atau masyarakat. Pengertian kemakmuran disini adalah semakin tinggi tingkat konsumsi seseorang maka semakin makmur, sebaliknya semakin rendah tingkat konsumsi seseorang berarti semakin miskin. Untuk dapat mengkonsumsi, seseorang harus mempunyai pendapatan, besar kecilnya pendapatan seseorang sangat menentukan tingkat konsumsinya.
Pengeluaran konsumsi terdiri atas:
a.       Konsumsi rumah tangga (household consumption)
Konsumsi rumah tangga bersifat endogenus. Pengeluaran konsumsi rumah tangga memiliki porsi terbesar dalam total pengeluaran agregrat. Misalnya, porsi pengeluaran rumah tangga di Indonesia pada tahun 1996 (sebelum krisis ekonomi) mencapai sekitar 60% pengeluaran agregat. Bahkan, pada awal tahun 1970-an porsi pengeluaran rumah tangga mencapai angka sekitar 70% dari pengeluaran agregat. Sedangkan pengeluaran pemerintah umumnya berkisar antara 10% sampai 20% pengeluaran agregat. Mengingat porsinya yang besar tersebut, maka konsumsi rumah tangga mempunyai pengaruh yang besar pula terhadap stabilitas perekonimian.

b.      Konsumsi pemerintah (government consumption).
Berbeda dengan konsumsi pemerintah yang bersifat eksogenus, konsumsi rumah tangga bersifat endogenus. Besarnya konsumsi rumah tangga berkaitan erat dengan faktor-faktor lain yang dianggap memengaruhinya. Karena itu dapat menyusun teori dan model ekonomi yang menghasilkan pemahaman tentang hubungan tingkat konsumsi dengan faktor-faktor lain yang memengaruhinya. Teori dan model tersebut dikenal sebagai teori dan model konsumsi (consumption theories/models).

Perkembangan masyarakat yang begitu cepat menyebabkan perilaku-perilaku konsumsi juga berubah cepat. Pada dasarnya, faktor utama yang memengaruhi tingkat konsumsi masyarakat adalah pendapatan, di mana korelasi keduanya bersifat positif, yaitu semakin tinggi pendapatan  maka konsumsinya juga semakin tinggi.

2. Teori Keynes (Keynesian Consumption Model)
Teori Ekonomi Keynes adalah nama suatu teori ekonomi yang diambil dari John Maynard Keynes, seorang ekonom Inggris yang hidup antara tahun 1883 sampai 1946. Beliau dikenal sebagai orang pertama yang mampu menjelaskan secara sederhana penyebab dari Great Depression. Teori ekonominya berdasarkan atas hipotesis siklus arus uang, yang mengacu pada ide bahwa peningkatan belanja (konsumsi) dalam suatu perekonomian, akan meningkatkan pendapatan.
a.          Hubungan pendapatan Disposabel dan konsumsi
Keynes menjelaskan bahwa konsumsi saat ini (current consumption) sangat dipengaruhi oleh pendapatan disposabel saat ini (current disposable income). Menurut Keynes, ada batas konsumsi minimal yang tidak tergantung oleh tingkat pendapatan yang disebut dengan Konsumsi Otonomus. Artinya, tingkat konsumsi tersebut harus dipenuhi, walaupun tingkat pendapatan sama dengan nol.
Jika pendapatan disposabel meningkat, maka konsumsi juga akan meningkat. Hanya saja peningkatan konsumsi tersebut tidak sebesar peningkatan pendapatan diposabel. Jadi bisa di asumsikan dengan rumus berikut :

C = C0 + b.Yd
 
Keterangan :
C         = konsumsi
C0           = konsumsi otonomus
b          = marginal propensity to consume (MPC)
Yd        = pendapatan dispsabel
0 ≤ b ≤ 1
    Adapun beberapa penjelasan mengenai fungsi Keynes tersebut diatas :
1.  Merupakan variabel riil/nyata, yaitu funfsi konsumsi Keynes menunjukan hubungan antara pendapatan dengan pengeluaran konsumsi yang keduanya dinyatakan dengan menggunakan tingkat harga konstan. Bukan hubungan antara pendapatan nominal dengan pengeluaran konsumsi nominal.
2.  Merupakan pendapatan yang terjadi (current income), bukan pendapatan yang diperoleh sebelumnya ataupun pendapatan yang diperkirakan terjadi di masa datang (yang diharapkan).
3.  Merupakan pendapatan absolut, bukan pendapatan relatif atau pendapatan permanen, yang telah dikemukakan oleh ahli ekonomi lainnya.
Untuk lebih jelas, perhatikan tabel mengenai Hubungan Antara pendapatan Disposabel dan Konsumsi berikut ini.
Tabel Hubungan Antara pendapatan Disposabel dan Konsumsi
Pendapatan Disposabel
Konsumsi
▲Pendapatan Disposabel
▲Konsumsi
0
200
-
-
1.000
1.000
1.000
800
2.000
1.800
1.000
800
3.000
2.600
1.000
800
4.000
3.400
1.000
800
5.000
4.200
1.000
800









b.        Kecenderungan Mengonsumsi Marginal (Marginal Propensity to Consume (MPC))
Kecenderungan mengonsumsi marginal yaitu perbandingan antara pertambahan konsumsi (C) yang dilakukan dengan pertambahan pendapatan disposable (Y).
         Keterangan:
MPC          = Kecenderungan Mengonsumsi Marginal / Marginal                                      Propensity to Consume (MPC)
C            = Pertambahan konsumsi
Y           = Pertambahan pendapatan disposable
Jumlah tambahan konsumsi tidak akan lebih besar daripada tambahan pendapatan disposable, sehingga angka MPC tidak akan lebih besar dari satu. Selain itu, angka MPC juga tidak pernah negatif, dimana jika pendapatan disposable terus meningkat, konsumsi akan terus menurun sampai nol. Sehingga, . Besarnya MPC menunjukkan kemiringan (slope) kurva konsumsi.
Berdasarkan kurva diatas, kurva konsumsi berbentuk garis lurus. Kurva konsumsi yang sudutnya lebih kecil dari 45 derajat menunjukkan bahwa MPC tidak mungkin lebih besar dari satu. hal itu dibuktikan bahwa ketika pendapatan disposable meningkat 1000 unit, konsumsi hanya meningkat 800 unit, atau MPC=0,8. Yang dapat dikatakan adalah nilai MPC akan semakin kecil pada saat pendapatan disposable menigkat.
Pada saat tingkat pendapatan Y1, Y2, dan Y3, MPC masing-masing digambarkan oleh garis singgung a,b,dan c. Makin mendatarnya garis singgung menunjukkan MPC semakin kecil pada saat pendapatan disposable meningkat.
MPC pada masyarakat berpenghasilan tinggi (negara maju) lebih kecil daripada masyarakat berpenghasilan rendah (negara berkembang) karena sebagian besar pendapatan disposable tersebut lebih banyak digunakan untuk menabung daripada konsumsi.
c.             Kecenderungan Mengonsumsi Rata-rata (Average Propensity to Consume (APC))
Kecenderungan Mengonsumsi Rata-rata / Average Propensity to Consume (APC), adalah rasio antara konsumsi total dengan pendapatan disposable total.
            Keterangan:
APC          = Kecenderungan Mengonsumsi Rata-rata / Average                                       Propensity to Consume (APC)
C               = tingkat konsumsi
Y               = besarnya pendapatan disposable
Tabel Hubungan antara Pendapatan Disposable dan Konsumsi, MPC dan APC
Pendapatan Disposable
Konsumsi
∆Pendapatan Disposable
∆Konsumsi
MPC
APC
0
200




1000
1000
1000
800
0,8
1
2000
1800
1000
800
0,8
0,9
3000
2600
1000
800
0,8
0,87
4000
3400
1000
800
0,8
0,85
5000
4200
1000
800
0,8
0,84
Karena besarnya MPC<1, maka APC<1. Pada kurva diatas menunjukkan bahwa nilai APC mula-mula lebih besar daripada MPC, tetapi semakin lama semakin menurun.
Contoh soal:
d.        Hubungan Konsumsi dan Tabungan
Pendapatan disposabel yang diterima rumah tangga sebagian besar digunakan untuk konsumsi, sedangkan sisanya ditabung. Dengan demikian kita dapat menyatakan        :
Yd = C + S
Yd = (C0 + bYd) + S
 S = -C0 + (1 – b) Y
di mana:
C0           = konsumsi rumah tangga secara nasional pada saat pendapatan       nasional sama dengan nol.
B         = kecondongan konsumsi marjinal (MPC)
C         Tingkat konsumsi
S          = Tingkat tabungan
Y         = Tingkat pendapatan nasional
Setiap tambahan penghasilan disposabel akan dialokasikan untuk menambah konsumsi dan tabungan. Besarnya tambahan pendapatan disposabel yang menjadi tambahan tabungan disebut kecenderungan menabung marjinal (Marginal Propensity to Save; MPS). Sedangkan rasio antara tingkat tabungan dengan pendapatan disposabel disebut kecenderungan menabung rata-rata (Average Propensity to Save;APS).
MPC dan MPS
ΔYd = ΔC + ΔS
Jika dibagi dengan ΔYd, maka:
∆Y/∆Y = ∆C/∆Y + ∆S/∆Y
1          = MPC + MPS
Atau,
MPS    = 1 – MPC
Dari persamaan di atas dapat disimpulkan bahwa nilai MPC ditambah MPS sama dengan satu. Pada saat pendapatan disposable masih rendah, setiap unit tambahan pendapatan sebagian besar dialokasikan untuk konsumsi. Nilai MPC mendekati 1, nilai MPS mendekati nol. Hal ini dapat menjelaskan mengapa di Negara-negara miskin kemampuan menabungnya sangat rendah, sehingga bila mereka ingin melakukan investasi terpaksa meminjam dari luar negeri. Umumnya dana tersebut berasal dari Negara-negara kaya, yang nilai MPC nya sudah mengecil dan nilai MPS nya makin besar.
Nilai total APC ditambah APS juga sama dengan satu. Dapat dibuktikan dengan menggunakan persamaan matematika sederhana di bawah ini.
Yd = C + S
Y/Y = C/Y + S/Y
1 = APC + APS
Pendapatan Disposabel
Konsumsi
Tabungan
ΔPendapatan Disposabel
ΔKonsumsi
ΔTabungan
MPC
MPS
APC
APS
0
200
-200







1.000
1.000
0
1.000
800

0,8

1,00
0
2.000
1.800
200
1.000
800
200
0,8
0,2
0,90
0,10
3.000
2.600
400
1.000
800
200
0,8
0,2
0,87
0,13
4.000
3.400
600
1.000
800
200
0,8
0,2
0,85
0,15
5.000
4.200
800
1.000
800
200
0,8
0,2
0,84
0,16
Hubungan Antara MPC dan MPS, APC, dan APS
Catatan            : MPS =  /
  MPC =Tabungan/ Pendapatan Disposabel

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi
a.         Faktor-faktor Ekonomi
1.  Pendapatan rumah tangga (household income)
Pendapatan yang meningkat tentu saja biasanya otomatis diikuti dengan peningkatan pengeluaran konsumsi. Contoh: Seseorang yang tadinya makan sehari dua kali, bisa menjadi tiga kali ketika dapat tunjangan tambahan dari pabrik.
2.    Kekayaan rumah tangga (household wealth)
Orang kaya yang punya banyak aset riil biasanya memiliki pengeluaran konsumsi yang besar. Contoh: Seseorang yang memiliki banyak rumah kontrakan dan rumah kost biasanya akan memiliki banyak uang tanpa harus banyak bekerja. Dengan demikian orang tersebut dapat membeli banyak barang dan jasa karea memiliki banyak pemasukan dari hartanya.
3.    Jumlah barang-barang konsumsi tahan lama dalam masyarakat
Pengaruh terhadap tingkat konsumsi bisa bersifat positif (menambah) dan negatif (mengurangi). Apabila, misalnya, makin banyak jumlah pesawat televisi terdapat di masyarakat, maka akan mengurangi orang menonton bioskop. Namun bila semakin banyak tersedia kendaraan mobil dan sepeda motor, maka akan semakin banyak pengeluaran yang membeli bensin, perbaikan, dsb.
4.  Tingkat bunga (interest rate)
Bunga bank yang tinggi akan mengurangi tingkat konsumsi yang tinggi karena orang lebih tertarik menabung di bank dengan bunga tetap tabungan atau deposito yang tinggi dibanding dengan membelanjakan banyak uang.
5.  Perkiraan tentang masa depan (household expectation about the future)
Orang yang was-was tentang nasibnya di masa yang akan datang akan menekan konsumsi. Biasanya seperti orang yang mau pensiun, mempunyai anak yang membutuhkan biaya sekolah, ada yang sakit butuh banyak biaya perobatan, dan lain sebagainya.
6.   Kebijakan pemerintah mengurangi ketimpangan distribusi pendapatan.
Keinginan pemerintah untuk mengurangi ketimpangan dalam distribusi pendapatan akan menyebabkan bertambahnya pengeluaran konsumsi masyarakat secara keseluruhan.
b.        Faktor-faktor Demografi (Kependudukan)
1.  Jumlah penduduk
Jika jumlah penduduk suatu daerah sedikit, maka biasanya konsumsinya sedikit. Dan sebaliknya, jika penduduknya banyak maka konsumsinya banyak pula.
2.  Komposisi penduduk
Komposisi penduduk suatu negara dapat dilihat dari beberapa klasifikasi, di antaranya: usia, pendidikan, dan wilayah tinggal. Pengaruh komposisi penduduk terhadap tingkat konsumsi dijabarkan sederhan seperti di bawah ini.
·     Makin banyak penduduk yang berusia produktif, makin besar tingkat konsumsi, terutama bila sebagian besar dari mereka mendapat kesempatan kerja yang tinggi, dengan upah yang wajar.
·     Makin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, tingkat konsumsinya juga makin tinggi.
·     Makin banyak penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan (urban), pengeluaran konsumsi juga makin tinggi
c.         Faktor-faktor Non-Ekonomi
Faktor lain yang mempengaruhi tingkat konsumsi adalah faktor non-ekonomi. Faktor non-ekonomi yang paling berpengaruh adalah faktor social budaya masyarakat. Misalnya saja, berubahnya pola kebiasaan makan, perubahan etika, dan tata nilai karena ingin meniru kelompok masyarakat lain yang dianggap lebih hebat/ideal. Contoh paling kongkrit di Indonesia adalah berubahnya kebiasaan berbelanja di pasar tradisional ke pasar swalayan. Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi adalah:
1)    Kebiasaan Adat Sosial Budaya
Suatu kebiasaan di suatu wilayah dapat mempengaruhi tingkat konsumsi seseorang. Di daerah yang memegang teguh adat istiadat untuk hidup, sederhana biasanya akan memiliki tingkat konsumsi yang kecil.
2)   Gaya Hidup Seseorang
Seseorang yang berpenghasilan rendah dapat memiliki tingkat pengeluaran yang tinggi jika orang itu menyukai gaya hidup yang mewah dan gemar berhutang baik kepada orang lain maupun dengan kartu kredit.

4.  Kekayaan Rumah Tangga
Kekayaan rumah tangga yang di maksud di sini adalah kekayaan yang riil dan kekayaan finansial. Kekayaan riil, misalnya rumah, tanah, dan mobil, sedangkan kekayaan finansial contohnya deposito berjangka, saham, dan surat-surat berharga. Kekayaan-kekayaan tersebut dapat meningkatkan konsumsi, karena menambah pendapatan disposabel. Misalnya, bunga deposito yang diterima setiap tahun menambah pendapatan rumah tangga. Demikian pula dengan rumah, tanah, ataupun mobil yang disewakan. Penghasilan-penghasilan tersebut dinamakan penghasilan nonupah (non wages income). Sebagian dari tambahan penghasilan tersebut akan digunakan sebagai konsumsi. Tentunya, hal ini akan meningkatkan pengeluaran konsumsi.
5. Jumlah Barang-Barang Konsumsi Tahan Lama dalam Masyarakat
Pengeluaran konsumsi juga dipengaruhi oleh jumlah barang-barang konsumsi tahan lama (consumers’ durables). Adapun pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi bisa bersifat positif (menambah) ataupun bersifat negatif (mengurangi). Misalnya, pesawat televisi. Apabila jumlah pesawat televisi makin banyak beredar di masyarakat, maka orang-orang akan mengurungkan niat mereka untuk nonton di bioskop (termasuk uang transportasi dan uang makan), karena mereka sudah memiliki TV. Dalam hal ini, pengaruh barang-barang konsumsi bersifat negatif. Contoh berikutnya, kendaraan bermotor. Apabila kendaraan bermotor makin lama makin banyak, maka pengeluaran masyarakat juga akan bertambah (biaya bensin, biaya perbaikan dan pemeliharaan, dan sebagainya). Dalam hal ini, pengaruh barang-barang konsumsi bersifat positif.

6. Tingkat Bunga
Tingkat Bunga yang dapat mepengaruhi besarnya pengeluaran konsumsi rumah tangga ada dua, yaitu :
a.      Tingkat Bunga Tinggi
Tingkat bunga yang tinggi dapat mengurangi keinginan konsumsi, baik dari sisi keluarga yang memiliki kelebihan uang maupun yang kekurangan uang. Kenapa? Karena dengan tingkat        bunga yang tinggi, maka biaya ekonomi (opportunity cost) dari kegiatan konsumsi akan semakin           mahal.
Contohnya : 
1.  Bagi mereka yang kekurangan uang akan lebih memilih mengonsumsi dengan cara meminjam dari bank dan karena biaya bunga yang akan naik apabila mereka ingin pinjam lebih banyak, maka mereka lebih memilih untuk mengurangi konsumsi.
2.  Untuk mereka yang memiliki uang yang lebih, mereka akan lebih memilih untuk menyimpan uang dibank dibandingkan dihabiskan untuk konsumsi karena tingkat bunganya yang tinggi yang dapat menguntungkan.
b. Tingkat Bunga Rendah
Tingkat bunga yang rendah dapat meningkatkan keinginan konsumsi. Contoh :
1.  Bagi mereka yang kaya menyimpan uang dibank menyebabkan biaya menunda  konsumsi terasa lebih besar, jadi mereka lebih cenderung untuk mengkonsumsi   suatu barang yang bisa menguntungkan untuk kedepannya.
2.  Bagi keluarga yang kurang mampu, biaya meminjam yang menjadi lebih rendah akan meningkatkan keberanian dan gairah konsumsi.

7. Perkiraan Masa Depan
a.   Jika rumah tangga memperkirakan masa depannya makin baik, mereka akan lebih leluasa untuk melakukan konsumsi oleh karena itu pengeluaran konsumsi akan cenderung meningkat.
b.  Jika rumah tangga memperkirakan masa depannya jelek, mereka akan lebih cenderung menekan pengeluaran konsumsi.
Faktor-faktor Internal dan Eksternal yang dipergunakan untuk memperkirakan prospek masa depan rumah tangga :
1. Internal
l  Pekerjaan
l  Karir dan gaji yang menjanjikan
l  Banyak anggota keluarga yang telah bekerja
Apakah saya akan  mendapatkan pekerjaan? Apakah karier dan gaji saya akan meningkat? Berapa banyak anggota yang telah dan akan bekerja? Berapa gaji/ penghasilan mereka?
2. Eksternal
·    Kondisi perekonomian domestik dan internasional
·    Jenis-jenis dan arah kebijakan ekonomi yang dijalankan pemerintah.

8.  Kebijakan Pemerintah Mengurangi Ketimpangan Distribusi
9.  Hubungan Teori Konsumsi dan Teori Investasi





tahun ), makin besar tingkat konsumsi , terutama bila sebagian besar dari mereka mendapat kesempatan kerja yang tinggi, dengan upah yang wajar.
b. Pendidikan ( rendah, menengah, tinggi )
Makin tinggi pendidikan masyarakat, tingkat konsumsinya juga makin tinggi. Sebab pada saat seseorang /uatu keluarga makin berpendidikan tinggi, kebutuhan hidupnya makin banyak.
c. Wilayah tinggal ( Perkotaan dan pedesaan )
  Makin banyak penduduk yang tinggal diwilayah perkotaan ( urban ), pengeluaran konsumsi juga makin tinggi. Sebab umumnya pola hidup masyarakat perkotaan lebih konsumtif dibanding masyarakat pedesaan.

9.       Hubungan Teori Konsumsi dan Teori Konsumsi Investasi
Jika seseorang menekan tingkat konsumsi dan melakukan investasi, maka orang tersebut akan mendapat keuntungan yang lebih di masa yang akan datang.
Konsumsi ↓ Investasi ↑ Profit ↑

0 coment:

Posting Komentar

 

Annasta_Chan Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea